Pages

Sabtu, 17 Desember 2011

Pembelajaran Hidup



Pembelajaran Hidup

Pinter di sekolah saja, punya angka rapor, dan prestasi belajar yang bagus saja sekarang ini tidaklah cukup. Selain IQ (intelligence quation)mu bagus, kamu juga perlu membangun EQ (emotional quation)mu untuk mencapai kesuksesan dan dapat dengan baik menjalani hidup yang semakin besar tantangannya. Saya pernah membaca sebuah buku yang bertema motivasi, di sini ada sebuah cerita hidup tentang William James Sidis, Ia adalah salah seorang genius yang dianggap pernah hidup di dunia ini. Di kabarkan IQ-nya mencapai 250 hingga 300. Sungguh IQ yang menakjubkan. Bayangkan saja, IQ 140 saja sudah dianggap orang yang hebat, apalagi sampai 250. Bahkan, dikatakan William Sidis ini sudah bisa membaca New York Times di usianya 2 tahun. Coba pikirkan, saat usia kita 2 tahun apa saja yang sudah bisa kita lakukan?
Namun dalam perkembangannya, William mulai berubah. Ia senang mengasingkan diri. Ia pun tidak punya banyak teman, bahkan dalam berbagai hal ia sering kali memaksakan kehendaknya (mungkin karena ia merasa dirinya pintar).
Tapi apakah Anda tahu akhir hidupnya? Ternyata orang yang begitu pintar ini hidupnya harus berakhir dengan tragis. William akhirnya meninggal di usia 46 tahun dalam kondisi miskin, menganggur, dan terasing. Yang sungguh tidak terduga adalah ia pun tidak pernah menyelesaikan studinya. Sungguh aneh dan mengenaskan , bukan?
Kisah William James Sidis ini bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua terutama saya sendiri. Selama ini mungkin yang kita hanya terpaku mengejar angka-angka di sekolah. Mengejar hal itu tidaklah buruk, tetapi jangan sampai kehidupan kecerdasan emosional kita terbelakang. Jangan sampai kita menjadi seperti William James Sidis yang begitu pintar namun hidupnya terasing dan di kucilkan. Tapi jangan juga kita langsung berpikir “kalau begitu kita enggak butuh sekolah dong!” Anggapan seperti itupun salah besar. Kenapa, jawabannya karena kita membutuhkan keseimbangan antara kecerdasan IQ maupun EQ.
Saya pun mengutip beberapa kalimat yang menurut saya bagus yaitu:
Jadilah remaja yang seimbang, yaitu antara prestasi akademik dengan kemampuan EQ. Jadilah remaja yang pintar, tetapi juga gaul. Mungkin nggak ya? Sebagai remaja saya pun sedang belajar untuk melakukannya namun saya tahu selama kita berusaha pasti akan ada hasilnya.
Oia saya pun pernah membaca dari buku yang sama, ini kisah dari seorang pianis yang bernama Hee Ah Lee. Yang berbeda Hee Ah Lee adalah seorang pianis berjari empat. Hebatnya, meskipun cacat, Hee Ah Lee telah mempunyai album musik sendiri yang berjudul Hee-ah, Pianist with Four Finger ( Hee-ah, Pianis Berjari Empat). Memang, bila melihat Hee Ah Lee yang muncul mungkin adalah rasa belas kasihan, bukan. Ukuran fisiknya pun jauh dari normal. Yang sangat jelas jari-jari tangannya hanya berjumlah empat dan berbentuk capit. Selain itu, kakinya pun pendek sebatas ukuran lutut saja. Meskipun secara fisiknya kurang, saat jari-jarinya mulai menyentuh tuts piano, rasa kasihan pun akan berubah menjadi rasa kagum. Dengan kekurangannya, ia mampu memainkan berbagai nada music klasik yang sulit karya komponis terkemuka, seperti Beethoven, Mozart, atau Chopin.
Dan dengan segala kekurangan yang ia miliki ia tetap bersyukur dan tak pernah merasa malu. Ketika ditanya mengenai kemampuannya, Hee Ah Lee pun merasa bersyukur mempunyai seorang ibu bernama Woo Kap Sun, yang sangat mengasihi dan tidak segan mendidiknya dengan keras dan disiplin sejak berusia enam tahun. Alhasil, ia pun dapat berkeliling dunia ndengan kemampuan pianonya yang luar biasa. Saat saya menulis ini saya jadi teringat kata-kata dari Dedy Kobuzer di acaranya klo tidak salah ia pernah mengatakan, “Orang yang memalukan itu bukan orang yang memiliki kekurangan tetapi orang yang sebenarnya memalukan adalah orang yang tidak sadar bahwa dirinya punya kekurangan. Dan saya pun setuju dengan kata-kata itu. Saya juga mengutip beberapa kalimat di sebuah buku yang mungkin masih berkaitan dengan hal ini “Jangan terlalu dikerdilkan oleh kekuranganmu. Justru kekuranganmu sebetulnya bisa menjadi tantangan bagimu karena ada begitu banyak orang yang mungkin terkurung oleh kekurangan yang kamu rasakan”. Jadi tinggal kita sendiri yang harus peka dan tahu kekurangan apa saja yang ada didiri kita, selanjutnya menyikapi setiap kekurangan ini dengan baik dan benar sehingga menjadikan kekurangan kita ini menjadi pendukung di hidup kita bukan malah menjadi penghambat untuk kita maju.
Saya percaya Allah menciptakan kita dengan segala hal yang paling sempurna di diri kita ini dan Allah pun memberikan kita kekurangan tidak mungkin tanpa alasan pasti agar kita selalu berusaha tuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan lagi.
 Pasti Anda semua bingung kan kenapa tiba-tiba saya menampilkan gambar bunga( ini juga gambar seadanya di computer saya sih hehehe). Saya pernah berpikir kenapa bunga dapat membuat semua orang menjadi senang dan bahagia hanya dengan melihatnya saja.  Apakah Anda juga pernah berpikir seperti itu juga? Atau pernah merasakan juga saat sedang lelah lalu melihat tanaman atau bunga di sekitar menjadi semangat lagi? Ya, sapa pun pernah merasakan semua hal itu. Padahal tanaman atau bunga yang kita liat itu tidak mempunyai tangan, kaki, pikiran atau pun kesempurnaan lain yang kita miliki namun mereka dapat membuat semua orang menjadi bahagia, bukan?. Bila makhluk hidup ini saja bisa begitu bermanfaat bagi semua orang, bila melihat seperti Hee Ah Lee yang tetap dapat berkarya dan sukses walaupun dengan segala kekurangan yang ia miliki atau seperti bunga dan tumbuhan yang bisa bermanfaat bagi semua orang di sekitarnya, kalo begitu saya yakin  kita semua pasti bisa juga berhasil dan bermanfaat bagi semua orang seperti mereka. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah “Apakah kita mau berusaha tuk mencapai itu semua?”. Tanamkan kalimat ini di hati dan selalu berusaha lah melakukan semua hal yang kita bisa lakukan secara maksimal tuk mencapai semua impian kita. Saya pun masih jauh dari semua itu kok malah mungkin lebih banyak kekurangan dari Anda semua yang membaca ini tapi ada satu kalimat yang mungkin sangat berarti bila di resapi terutama bagi saya sendiri “Langkah pertama untuk memulai perubahan adalah menyadari bahwa perubahan itu ada di tangan kita sendiri.
Memang untuk mencapai semua itu tidak seperti membalikkan telapak tangan atau saat kita memakan sambal yang langsung terasa sekejab itu juga rasanya mungkin malah terlihat sangat sulit ya untuk mencapai itu semua namun Dag Hammarskjold mengatakan, “ Jangan pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum Anda mencapai puncaknya. Karena begitu ada di puncak, Anda akan melihat betapa rendahnya gunung itu”. Kalo begitu kesabaran untuk belajar dan berusaha merupakan salah satu kunci untuk mencapainya. Kenapa karena kesabaran adalah rahasia terpenting untuk menikmati hidup. Kalau Anda bersabar Anda akan benar-benar menikmati saat-saat terindah dalam hidup Anda. Belajar pun tidak harus dari bangku sekolah d mana pun kita bisa belajar dimana pun kita bisa mendapat ilmu dan satu hal yang saya tahu tidak ada ruginya tuk mencari ilmu karena Ilmu yang baik akan selalu bermanfaaat untuk hidup kita. Saya jadi ingat dulu ada acara televisi yaitu “want to be milionare” di salah satu episode saya pernah melihat dan saya yakin Anda juga pernah melihat atau tahu, ada seseorang yang hampir mendapatkan hadiah utama dan kalo tidak salah satu langkah lagi ia mendapat 1 milyar. Ternyata orang yang hampir mendapat 1 milyar ini dan telah mengalahkan banyak orang mengikuti acara ini yang notabennya adalah orang-orang berpendidikan adalah seorang tukang koran. Setelah ditanya tertanya ia setiap hari selalu membaca koran yang ia jual itu. Alhasil, karena selalu membaca itu walaupun ia hanya tukang koran tapi ia memiliki banyak pengetahuan yang dapat membantunya untuk jadi lebih baik.
Oia saya juga pernah membaca buku dengan penulis Anthony Dio Martin, ada satu judul yang menarik yaitu “Kisah Roti Gosong”. Pasti Anda bertanya-tanya kan kenapa harus Kisah Roti Gosong kenapa tidak Kisah Roti Rasa Serikaya atau lainnya hehehe… Kisah ini pun dimulai, ada seorang anak yang duduk di depan meja untuk makan malam. Saat itulah, ia melihat piring ayahnya diisi dengan sosis, keju, dan roti yang gosong. Roti itu diletakkan terburu-buru oleh ibu. Saat itulah ayahnya keluar dari kamar dan duduk di depan meja makan. Si anak sudah penasaran, “Apa yang akan dikatakan ayahnya?” Dengan lahapnya ayahnya menarik keju dan daging ke atas roti agak gosong itu dan memakannya. Beberapa saat kemudian, ibunya muncul dan berkata, “Maafkan ya, rotinya agak gosong.” Dengan tenang dan sabar, ayahnya berkata, “Nggak apa-apa. Saya suka roti setegah gosong.” Acara makan malam pun berjalan dengan lancar. Pada malamnya, saat menemani anaknya tidur, si anak yang penasaran bertanya pada ayahnya,”Ayah, memangnya ayah betul-betul suka roti yang gosong?” Lantas dengan tenang ayahnya menjawab,” Nak, Ibu udah capek seharian mengurusi adik, memasak, membersihkan rumah, dan macam-macampekerjaan rumah. Ibu betul-betul sudah lelah. Belajarlah menghargai Ibu. Mencoba menikmati roti yang gosong, rasanya tidak akan terlalu melelahkan dibandingkan Ibu yang sudah berlelah-lelahan seharian.”
Kadangkala, kita mungkin terlalu sulit menerima kenyataan, kalau sesuatu tidak seperti harapan. Cobalah untuk menghargai orang lain. Hargai orang tua di rumah yang selalu bekerja keras untuk kita. Bapak dan ibu guru yang telah berteriak di depan kelasmu meskipun mungkin anaknya lagi sakit di rumah. Hargai pembantu kita yang sudah capek bangun pagi-pagi dan bekerja untuk membuat kita lebih nyaman. Dan orang lain di sekitar kita yang tidak sadar sebenarnya tanpa mereka kita tidak berarti apapun. Sedikit keletihan dan sedikit kesalahan, rasanya bukanlah apa-apa bila dibandingkan pengorbanan yang mereka lakukan untuk kita.
Inti dan pelajaran yang dapat kita semua ambil dari kisah itu adalah Cobalah untuk belajar menerima situasi yang terkadang tidak seperti harapan kita. Kadang dunia tidaklah selalu seperti yang kita inginkan. Cobalah berdamai, cobalah menerima. Cobalah bersikap nyaman terhadap “roti-roti gosong” yang mungkin kamu jumpai hari ini. Cabolah menerima dan tersenyumlah.
Saya selaku penulis mohon maaf bila ada salah-salah baik dalam kata-kata atau lainnya karena kesalahan hanya milik saya sendiri dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT hehehe.. Dan saya pun di sini sebagai remaja yang juga sedang belajar jadi tidak ada niat untuk menggurui pembaca. Semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat untuk semua orang terutama  saya pribadi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

About