Inflasi merupakan Kecenderungan naiknya harga
barang-barang secara umum dan terjadi secara terus menerus. Kenaikan harga satu
atau beberapa barang tidak dapat dikatakan bahwa terjadi inflasi. Selain itu,
apabila kenaikan harga barang terjadi secara temporer, seperti menjelang hari
raya misalnya, maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Dengan
naiknya harga barang-barang di satu sisi, hal itu mengandung arti terjadinya
penurunan nilai uang di sisi lain.
Dan dalam
ilmu ekonomi,
inflasi adalah suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai
mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi
belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan
uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi,
dua yang paling sering digunakan adalah
CPI dan
GDP Deflator.
Inflasi dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi
ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Dan berikut ini akan di jelaskan
secara terperinci semuanya dari peyebab sampai peran bank sentral terhadap
inflasi:
Ø
Penyebab
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan
(kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan)
produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau
juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan
untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Berdasar sebab terjadinya:
Demand Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena desakan
permintaan masyarakat akan barang dan jasa begitu kuat. Inflasi ini muncul
karena naiknya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung
membeli barang dan jasa lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya
seseorang yang biasa mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatnya
meningkat, maka konsumsi susunya juga meningkat menjadi 3 gelas sehari. Dengan
meningkatnya konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga
barang-barang.
Cost atau Cost-push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan
karena naiknya biaya produksi. Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau
tuntutan buruh akan kenaikan upah, dimana kedua hal itu merupakan bagian dari
biaya produksi, maka perusahaan pun akan menaikkan harga jual barang dan
jasanya.
Berdasar asal-usul terjadinya:
·
Domestic inflation, yaitu inflasi yang
berasal atau bersumber dari dalam negeri;
Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran belanja
kemudian pemerintah mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah.
Keadaan ini akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang
tetap, maka hal ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang.
·
Imported inflation, yaitu inflasi yang
berasal dari luar negeri.
Sebagai contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih
banyak mengimpor bahan baku dan barang modal lainnya. Apabila harga
barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya produksi juga meningkat, yang
akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan jasa.
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya inflasi disuatu negara diantarnya:
Dari sudut pandang ekonomi, pada
prinsipnya inflasi itu terjadi karena tidak adanya keserasian antara laju
pertambahan uang dan tingkat pertumbuhan barang dan jasa. Apabila jumlah uang
beredar meningkat, sedangkan produksi barang dan jasa tetap, maka hal ini
cenderung akan mendorong terjadinya inflasi. Namun demikian, dari uraian
tentang jenis-jenis inflasi dapat diidentifikasikan faktor-faktor penyebab
terjadinya inflasi, yaitu antara lain :
·
Naiknya permintaan masyarakat terhadap barang
dan jasa
·
Kenaikan biaya produksi
·
Defisit anggaran belanja (APBN)
·
Menurunnya nilai tukar rupiah
Ø
Langkah
Pemerintah Kendalikan Inflasi
1.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
• Politik
diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang
yang beredar dapat dikurangi.
• Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke
pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat
berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga
jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.
• Peningkatan cash ratio: Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga
jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi
berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
• Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah tidak menambah
pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
• Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah
konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.
3. Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
• Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
• Menekan tingkat upah.
• Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga
maksimal.
• Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
• Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan
cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Senering ini pernah
dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%.
Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
• Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil
laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan
kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
• Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan
ceiling price.
4.
Kebijakan Sektor Riil
Kebijakan sektor riil dapat dilakukan melalui instrument berikut:
• Pemerintah menstimulus bank untuk memberikan kredit lebih spesifik kepada
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Contohnya bank BRI mencanangkan tahun ini
sebagai Microyear.
• Menekan arus barang impor dengan cara menaikkan pajak.
• Menstimulus masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.
Ø
Penggolongan
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar
negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya
defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan
gagalnya
pasar yang berakibat harga bahan makanan
menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang
terjadi sebagai akibat naiknya harga barang
impor.
Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap
harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua
barang tertentu, inflasi itu disebut
inflasi tertutup (
Closed
Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara
umum, maka inflasi itu disebut sebagai
inflasi terbuka (
Open
Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga
setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat
menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut
inflasi
yang tidak terkendali (
Hiperinflasi).
Berdasarkan
keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
Inflasi
ringan (kurang
dari 10% / tahun)
Inflasi
sedang (antara 10%
sampai 30% / tahun)
Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
Ø
Mengukur Inflasi
Inflasi diukur
dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga.
Indeks harga tersebut di antaranya:
Indeks harga konsumen (IHK) atau
consumer price index (CPI), adalah
indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh
konsumen.
Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang
yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan
untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku
meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang
konsumsi.
Deflator
PDB menunjukkan
besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang
jadi, dan jasa.
Ø
Dampak
Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi. Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (
hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat
kerja,
menabung, atau mengadakan
investasi dan
produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum
buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi
masyarakat yang memiliki pendapatan tetap,
inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri
tahun 1990. Pada tahun 1990,
uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas
tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti misalnya
pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi.
Begitu juga halnya dengan
pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk
menabung karena nilai
mata uang semakin menurun. Memang, tabungan
menghasilkan
bunga,
namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila
orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk
berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari
bank yang
diperoleh dari tabungan
masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari
bank (
debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran
utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada
saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan
uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi
produsen, inflasi dapat menguntungkan bila
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila
hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen
enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya
untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha
produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha
kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
Ø
Peran Bank Sentral
Bank sentral memainkan peranan penting dalam
mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha
mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral
bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya
tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah.
Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang
kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang
bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan
mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah
uang beredar
dan/atau tingkat
suku
bunga sebagai
instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena
nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat
inflasi) maupun eksternal (
kurs).
Saat ini pola
inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di
seluruh dunia, termasuk oleh
Bank Indonesia.
LAPORAN
INFLASI (Indeks Harga Konsumen)
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan
Saya akan memberikan
info inflasi yang telah terjadi di Indonesia pada tahun 2012. Semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca
|
|
|
Bulan Tahun
|
Tingkat
Inflasi
|
Mei 2012
|
4.45 %
|
April 2012
|
4.50 %
|
Maret 2012
|
3.97 %
|
Februari 2012
|
3.56 %
|
Januari 2012
|
3.65 %
|
Desember 2011
|
3.79 %
|
November 2011
|
4.15 %
|
Oktober 2011
|
4.42 %
|
September 2011
|
4.61 %
|
Agustus 2011
|
4.79 %
|
Juli 2011
|
4.61 %
|
Juni 2011
|
5.54 %
|
Mei 2011
|
5.98 %
|
April 2011
|
6.16 %
|
Maret 2011
|
6.65 %
|
Februari 2011
|
6.84 %
|
Januari 2011
|
7.02 %
|
Desember 2010
|
6.96 %
|
November 2010
|
6.33 %
|
Oktober 2010
|
5.67 %
|
|
|